Rabu, 26 Februari 2014

POTENSI AKADEMIK DAN NON-AKADEMIK

Kesuksesan terbentuk karena adanya potensi-potensi yang ada dalam diri seseorang. Potensi tersebut sudah terbentuk dalam diri manusia sejak awal, tinggal bagaimana cara untuk membangunnya. Dengan mengembangkan potensi dapat menjadikan seseorang meraih kesuksesan dan dengan memiliki potensi pula akan menghasilkan karya yang berkualitas. Dalam kehidupan ini potensi sangat penting, dengan potensi yang dimiliki seseorang maka seseorang tersebut akan mempunyai pengembangan diri secara optimal. Bagi seorang siswa potensi akademik dan non akademik akan lebih bermakna dalam tugas perkembangannya apabila pengelolaan, pengembangan dan peningkatan dalam kreativitas. Kegiatan akademik perlu diimbangi oleh kegiatan non-akademik yang saling menunjang dan berjalan secara beriringan. Kegiatan non-akademik ini bisa berupa kegiatan olahraga atau kegiatan seni. Potensi dibidang akademik dan non akademik dapat mengantarkan peserta didik berhasil menghadapi kehidupan nyata. Pendidikan yang bermutu diharapkan dapat menghasilkan keunggulan Sumber Daya Manusia, tidak hanya dari aspek akademik, tetapi juga dalam aspek: seni, olahraga, disiplin dan keterampilan untuk dapat hidup dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan cepat. Untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki peserta didik di sekolah juga harus didukung oleh faktor eksternal, seperti sarana prasarana, pengajar yang kreatif, serta sistem/kurikulum. Dengan pengoptimalan potensi pada peserta didik, diharapkan akan terbentuk generasi unggul yang dapat berdaya saing secara global sehingga mampu melahirkan keadaan yang lebih baik bagi kehidupan di negara ini.

Di sisi lain sistem pendidikan nasional yang hanya berorientasi pada prestasi akademik justru menjadi kontra produktif karena menimbulkan rasa frustasi bagi peserta didik. Tekanan prikologis diberikan oleh sekolah, lingkungan dan keluarga untuk mendorong siswa memenuhi target akademis dan hal itu dianggap sebagai satu-satunya ukuran prestasi dan stempel identitas. Tidak ada ruang bagi peserta didik untuk menggali potensi non akademik yang sesungguhnya berperan lebih besar terhadap pembentukan karakter sebagai manusia yang utuh. Nilai kemanusiaan siswa saat ini hanya dihargai oleh selembar NEM atau Rapor.
Dalam banyak kasus kita jumpai betapa orang tua memaksakan anaknya mengikuti berbagai kegiatan (kursus) yang lebih banyak berorientasi akademis dan membatasi semua hal yang tidak berhubungan dengan kegiatan akademis. Termasuk semua kegiatan ekstra kurikuler yang menjadi tempat bagi individu siswa, sebagai manusia, untuk bersosialisasi secara sehat (psikologis) dengan sebaya, alam, lingkungan dan masyarakat. Suatu media bagi pembelajaran nilai moral dan kemanusiaan dimana siswa akan dapat menemukan jati diri dan membentuk karakter sesungguhnya. Inilah ruangan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi dan ekspresi seluruh potensi dirinya dengan kehendak bebas. Tidak ada yang lain selain dirinya sendiri, suatu kesadaran yang mahal dan sulit diperoleh di masa sekarang.
Semestinya seorang pendidik tidak hanya fokus pada masalah akademik namun juga pengembangan pribadi dan penggalian potensi siswa. Seorang pendidik harus punya perhatian yang cukup, keahlian dan wawasan yang luas sehingga pantas dijadikan panutan. Kesejahteraan seorang pendidik adalah masalah kunci yang harus diselesaikan agar pendidik dapat berkonsentrasi pada bidangnya dan memiliki kemampuan untuk terus mengembangkan dirinya. Seorang pendidik memiliki sifat sebagai profesional, pengayom sekaligus pembimbing. Dalam paradigma pendidikan, tidak ada lagi batasan antara guru dan murid, dimana guru serba benar dan otoriter sedang murid ‘nrimo’ tanpa boleh berbeda pandangan atau pendapat.
Fakta menunjukkan SDM Indonesia ternyata sangat lemah. Padahal di era globalisasi dan abad informasi yang penuh dengan ketidakpastian dan persaingan, hanya SDM berkualitas yang bisa diandalkan untuk tetap survive. Bahkan bangsa ini telah mengalami krisis moral, kepercayaan dan identitas. Untuk menghadapi era informasi dan globalisasi dimana terjadi perubahan radikal dalam peradaban manusia, diperlukan pensikapan dan pemahaman terhadap perubahan. Artinya dunia pendidikan, sebagai tulang punggung pengelolaan dan pengembangan SDM, harus mau meninggalkan status quo dan belajar mengadopsi berbagai paradigma baru. Dari penjelasan di atas muncul pertanyaan, mampukah peserta didik Indonesia mengoptimalkan potensi akademik dan non akademik di era global?



Di kutib dari http://bermutufaridatul.guru-indonesia.net/artikel_detail-27526.html

1 komentar: